19 September, 2008

tentang entah apa dan obat pusing

Dunia memang punya trend yang selaku berubah, gaya hidup orang-orangnya pun datang dan pergi. Saya sekarang cukup rajin mengetikkan berbagai karakter-karakter, merangkai kata-kata, menyusun kalimat dan menuangkan ide orisinal dengan kecap dan sambal nomor 1 menurut saya. Lagi pengen, ga punya pekerjaan lain jadi punya waktu halaah..

Terlepas dari rasa kagum yang cenderung berlebihan pada kemampuan diri sendiri, bahwa ada kemungkinan saya ini merupakan salah satu calon bakal penulis bersinar dan berbakat yang pernah ada. Karena masih berupa kemungkinan dan kemungkinan itu secara teori selalu ada. Probabilitas, maka untuk awalnya cukup puaslah saya dengan kalau hasil pemikiran dalam bentuk narasi tak jelas ini terdiri dari beberapa baris dan mempunyai satu judul, dapat saya mengerti dan saya kagumi sendiri berulang kali.

Diupload dan sebagai pemilik eksklusif domain gratisan yang kemudian dapat komentar tawaran bisnis internet menghasilkan uang tanpa peduli judul topik yang saya bahas, maka sering kali harus bercermin dengan kemampuan menulis dan networking yang saya miliki, intropeksi diri membuat saya sadar bahwa tulisan sebagaimana cemerlang dan mengagumkan karya tersebut, hanyalah bagian dari koleksi ilmu pengetahuan dan budaya. Kita tidak bisa makan buku apalagi tulisan oke..

Semangat saya untuk meramaikan dunia dengan tulisan yang belum jelas akan memberi faedah dan manfaat yang akan berdampak pada jelasnya sisi penulis lain yang jauh berpengalaman dan bertekun dalam bidangnya. Saya harus membantu mereka. Ingat justru karena adanya orang jelek maka orang yang tidak jelek ada, karena ada bermacam tulisan dari penulis yang berbeda kualifikasinya maka pembaca akan mendapatkan pengalaman yang berbeda pula, kembali saya ingatkan bahwa saya tidak mengatakan tulisan saya jelek dan tidak bermutu *_^

Seperti penakluk gunung yang selalu mendaki tempat dimana lipatan lempeng benua sedang mengkerut dan mendapatkan arti hidup dengan melihat bumi dan langit yang tak berbatas, mengabadikan moment ke dalam video dan foto yang akan menjadi salah satu url di dunia cyber, sampul kertas, gambar kelender yang sangking banyaknya hanya dikenang tersimpan dalam memory, kebanggaan yang menjadi milik private sang manusia gunung.

Atau seperti desaigner dengan maha karya yang menjadi perdebatan kalangan terbatas dengan dana tak terbatas, yang sejujurnya kalaupun diberikan kepada manusia sejenis saya akan menjadi koleksi pakaian tak pantas dipakai kalau tidak laku dijual di lapak.

Ribuan tulisan buah pemikiran datang dan pergi, jutaan blog silih berganti, cuma beda ga bisa dijadikan pembungkus cabe atau ikan asin saja. Saya pikir penulispun bukanlah hal yang lebih eksklusif dibandingkan dengan hoby atau pekerjaan lainnya, penulis yang terlalu bangga buat saya sama saja dengan salah satu calon legislatif dari salah satu partai pada satu masa kabinet.

Mudah-mudahan dimengerti karena saya sama sekali tidak mampu berkomentar untuk orang-orang yang selalu berlagak hebat tersebut.
Saya membaca untaian kata-kata dan ide yang tertuang dalam tulisan, seperti menonton dan melihat film mengenai isi otak penulisnya, tidak banyak yang mampu saya mengerti dan kalau tidak mengerti saya pun tak heran mengapa tidak disetujui. Tapi seperti banyaknya film dan siaran yang disiarkan televisi masa kini, semuanya jadi bahan rekreasi buat otak kanan dan kiri, kalau kebanyakan dan buat pusing jadi obat tidur, pengisi waktu, pengusir boring dan untungnya termasuk cukup irit.

Seperti kekaguman saya pada Kompas yang tidak terlepas dari berdampingannya kolom Opini dan Surat Pembaca, setiap kali saya mengernyitkan kening, berkonsentrasi, memahami istilah-istilah dan mengenal tokoh-tokoh yang dituliskan oleh penulis yang ahli pada bidang masing-masing. Menu politik, sosial, ekonomi, internasional, pemerintahan, hukum, budaya dan lainnya selalu berlomba dengan kata-kata yang kebanyakan tidak ada dalam bahasa Indonesia baku disajikan hangat dan nikmat untuk dikagumi (tidak harus selalu dimengerti), makin banyak istilahnya makin keren tulisannya, saya pikir saya dapat memahami penulisnya pintar dan menguasai masalah yang dibahas, sebatas itu dulu karena kemudian setelah banyak benturan sinyal-sinyal yang tak terolah di kepala, maka saya dapat langsung beralih ke kolom surat pembaca tanpa membalikkan halaman, yang memuaskan saya dengan bahasa jujur, lugas, dapat berupa protes, kritik, cacian, penjelasan dan permintaan maaf dari berbagai pihak yang tidak dibayar, lepas dari kepentingan apapun dan merupakan pihak yang terlibat langsung kejadian tersebut.


Saya suka surat pembaca seperti citizen journalism, dan biasanya badan, lembaga, instansi atau perusahaan yang diprotes langsung memberikan respons bersahabat, rendah hati dan jaga image banget. Kali-kali ada yang saya kenal dan pernah saya alami, setelah rehat sejenak tanpa kerja keras mengolah bacaan itu, tanpa perlu membalikkan halaman saya dapat kembali ke kolom opini, seperti makanan, yang satu penuh nutrisi, non kolesterol, mengandung berbagai vitamin dan alami.. yang satu lagi kelas gorengan dan junk food yang tetap enak dan selalu dinanti tapi harus hati-hati biar ga kurang gizi. Tapi rasa ini baru saya temui di Kompas saja, surat kabar lain yang bahkan kolom opini dan surat pembacanya terletak di halaman yang sama untuk koran lokal kota saya jarang menyajikan menu dan olahan yang selezat koran kaliber nasional dan sudah nomor wahid tersebut.

Ups.. saya ngomong terlalu banyak, jangan lupa topiknya juga "entah apa', beberapa masa lagi saya bisa jadi akan malu akan prinsip sok tahu dan opurtunis yang saya anut.

lagi pusing, aku pernah menanyakan pada mr. mindset apa yang akan dilakukannya kalau dia tetap pening padahal sudah doa, sudah usaha, sudah positif thinking n etc.. terus dia jawab dengan cueknya, minum obat pusing, just it..

1 comment:

  1. Kita berterimakasih atas kepeningan itu, dan bersyukur karena kita merasakannya.

    ReplyDelete

the cool visitor said :