03 September, 2008

pencipta ikan

Hari minggu kemarin aku sempat menonton siaran ulang Kick Andy tentang Lentera Jiwa. Di acara itu menampilkan Nugie, ibunya DJ Riri, pesulap ganteng Demian, my favorite chef Bara R. Pattiradjawane karna kalau doi masak kayaknya gampang banget, artis yang terjun ke dunia politik Helmy Yahya dan Gede Pramana.

Beberapa orang yang berani berbelok dari kemapanan dan menemukan arti hidup yang lebih berkualitas dari sekedar hidup yang mereka jalani sebelumnya, memilih pilihan yang walaupun ditentang keluarga, bukan pilihan mass market dan berhasil. Yah ga akan jadi narasumber kalau gagal huehe..

Sebelumnya sempat membaca juga bahwa siaran itu yang menjadi enlighment dalam diri Andy F. Noya, ia mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi news salah satu TV swasta. Banyak yang mempertanyakan alasannya, tetapi dia menjawab mengenai ikan yang berpindah ke kolam lainnya.

Pernyataan itu pernah dibahas di salah satu milis, berbunyi “Pilih mana, ikan besar di kolam kecil atau ikan kecil di kolam besar ?”

Hanya ada 2 pilihan dan tidak ada ikan besar di kolam besar ya, kalau mau dibuat pertanyaan lainnya mungkin dalam topik yang berbeda karena nanti tidak selesai dibahas.
Aku pribadi lebih suka menjadi ikan besar di kolam kecil, karena untuk menjadi besar juga ada prosesnya, aku perlu hidup lebih lama, makan banyak plankton, berenang lebih sering dan mungkin sudah melewati ratusan pemangsa.

Mungkin perlu dipertimbangkan juga apakan kolamnya di alam bebas atau kolam ikan, begitu juga ukuran besar kecil ikan tergantung jenisnya, mau jadi anaknya ikan paus atau neneknya ikan lele yah tetap lebih gede anaknya ikan paus kan..
Belum lagi mempertimbangkan harga jual ikan, belum tentu ikan lebih gede lebih mahal kalau ikan mujair gede dibandingkan dengan cucunya “ihan”, orang Batak jelas-jelas milih ihan. Kemudian ikannya di air laut atau air tawar, bisa saja kolam ikannya dibuat di daerah pasang surut seperti tambak udang gitu.. eh tapi udang udah ga termasuk ikan yaitu Pisces yah, termasuk Arthropoda kelasnya hewan berkulit keras diluar tubuh yaitu Crustaceae, halaah..

Okelah kita kembali ke permasalahan hubungan ikan dan kolam dalam konteks manajemen pengembangan diri, dan aku pribadi sudah menjawab pilihanku untuk pertanyaan tadikan..
Sepertinya yang sibuk mengembangkan diri memang adalah orang-orang yang kebutuhan hidupnya memang sudah ditahap mengaktualisasikan diri, yang sudah bertanya-tanya hidupnya itu sebenarnya untuk apa sih ?

Ada berapa persen sih orang yang berpikir mengenai itu ya?
Kalau pake hitungan asal-asalan, berapa persen sih penduduk Indonesia yang hidup di kota (walaupun hidup dimana itu tidak menjadi ukuran mengenai pemikiran seseorang yah paling tidak bisa direlevansikan dengan memiliki pengetahuan lebih luas),
berapa persen yang punya kesempatan mengecap pendidikan lebih dari sekedar baca tulis,
berapa persen yang punya budget mengakses informasi dan mengikuti berita terkini,
berapa persen lagi yang punya waktu dan dana buat mikirin itu ?
berapa persen dari yang sudah mikirin itu berhasil menemukan pencerahan dan mengerti ikan di kolam apa dia,
dan terakhir berapa persen yang dengan pemahaman itu berubah lebih baik..
Seperti orang-orang tersebut tadi..

Usia mereka berbeda-beda, karir dan background yang dipilih juga berbeda, pernah baca di Kompas mengenai pemimpin Mata Elang yang cuma tamat SMP, tentang TD Pardede yang memulai usaha dengan berjualan cabe, kolonel Sanders yang memulai usahanya di usia senja, ga usah yang jauh-jauh deh, aku punya teman yang di usia yang sama denganku sudah tahu bahwa hidupnya untuk membahagiakan keluarga, ada beberapa yang sedang mengambil magister bahkan doktoral di luar negeri sana. Standar beragam dari orang yang berbedakan, wah kalau dibandingin saya yang tamat perguruan tinggi swasta, tak credible, pegawai swasta (tapi emang ga pernah berniat jadi pegawai pemerintahan karena bisa jadi ga lulus juga sih), ga punya kemampuan dan kemauan buat melompat seperti mereka, jomblo dan muka pas-pasan.. udah kalau gitu bunuh diri aja deh hahaha…

Nah buat orang yang pas-pasan nih, aku punya saran yang cukup efektif, coba pikirin tentang hidup ini secara holistik, artinya sadari bahwa bumi ini hanya merupakan titik pada bagian galaksi Bima Sakti kita, dan mungkin harus pake teleskop segede gaban buat melihat galaksi ini dibandingkan dengan nebula yang tak terhitung yang berjarak bilyunan, milyaran, ribuan, jutaan dan sekian tahun cahaya.
Kemudian bandingkan langsung dengan tubuh kamu yang terdiri dari milyaran sel-sel bergerak, hidup dan beregenerasi dengan masing-masing DNA yang terdiri dari protein-protein yang berkumpul, mereka berkoloni untuk menjadikan aku dan kamu ada.. Atau uraikan unsur-unsur atompun bolehlah, terserah deh mau yang mana..
Kemudian bayangkan kembali bahwa puluhan ribu orang sebelum kamu dan aku juga telah ada, datang dan pergi, ada yang dikenang sebagian besar sisanya seperti rumput yang kemudian angin menerpanya, dan tempatnya pun tidak mengenalnya lagi.. Or kalaupun tetap dikenang sebagai penemu Nobel atau pahlawan perang, dia hidup kembali pada jaman ini bakalan buat aku lari dan sembunyi.. ada hantu..

Ini bukan tulisan skeptis, cuma realistis aja.. bahwa metode, nasib (yah alasan apa yang buat ada orang lahir dari keluarga kaya or miskin, anak pejabat or anak nelayan n etc), usaha dan kehidupan itu sudah ada yang atur.. Perhatikan kedua tangan yang ada, tangan dan kiri.. yah kalau mau pusing lagi silahkan kita lanjutkan ke anggota tubuh lainnya, kita makan dengan 1 mulut dan ga perlu ada ribuan kode pemograman yang mengatur nutrisi, darah, oksigen itu balance buat tangan kiri dan kanan, aku cuma makan nasi putih dan telur mata sapi, eh bisa buat seharian beraktivitas..
Entahlah, dibalik berbagai pemahaman pengembangan diri, teknologi, karir, predikat pendidikan, borjuis, lulusan luar negri or dalam negri (kenapa ga sekalian luar angkasa aja yah) dan aliran partai politik, toh kita sama-sama tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari..
Lebih baik mempercayakan segala sesuatunya pada Dia, yang ada dari kekekalan hingga ke kekalan, yang tidak terbatas dan dibatasi, pencipta waktu, ruang dan masa.

Jadi mengalirlah dan bersyukur, masih banyak yang menjalani hidup jauh lebih sulit kita. Entah kenapa aku baru sadar sekarang bahwa ternyata semua orang punya masalah hahaha.
Jadi diri sendiri yang terbaik sesuai tokoh pemberian sang Sutradara jadi pegawai yang jujur, jadi penjual kue serabi, jadi pegawai negri, jadi manager yang semena-mena sama bawahan, jadi CEO perusahaan multinasional, jadi pendeta, jadi penarik becak, jadi aktivis masyarakat, jadi badut politik atau apa saja. Kaitkan itu dengan pilihan dan kehendak bebas yang cuma ada di pikiran, dan kita akan terus bermain dalam hidup yang cuma sebentar..
ups the last, siapa sih yang ciptakan ikan.. hahahaha..

No comments:

Post a Comment

the cool visitor said :