16 July, 2009

durian

adik perempuanku sibuk bener minta dibawain pancake durian house. aku sendiri sebagai orang medan yang setiap hari berangkat kerja melewati 2 gerai durian house yaitu di jalan sekip dan jl krakatau sama sekali belum pernah membeli sesuatu disana. aku cuma pernah sekali makan bolu gulungnya, itupun awal tahun 2008 dulu hehehe.

mencicipi berbagai variasi makanan tidak terlalu menarik buatku, kalau pas lagi jalan terus makan atau lagi ada yang bawain, wah dimakan dong. tapi bela-belain kesana kemari buat berwisata kuliner rasanya sayang, bukan hanya duitnya, yang paling buat pusing ya masalah korelasi antara input dengan berat badan. acara liburan pulang kampung dan saudara-saudara yang datang berhasil menaikkan berat badan durasi tiga bahkan empat kilogram. ya saudara-saudara, my body look more sexy now.

i hate it, ada tiga hal yang aku takutkan di dunia ini.. pertama Tuhan, kedua tidak bekerja dan ketiga gemuk. no offsense buat yang memang berat badan diatas rata-rata, masing-masing orang punya phobia sendiri-sendiri bukan?

sekitar minggu lalu, tante yang tinggal di depan rumah baru pulang dari gunung sitoli, tempatku dilahirkan dan dibesarkan. dia membawa durian nias.. hanya durian nias yang buatku mau makan buah tersebut. enak, beda rasanya dengan durian sidikalang, medan, karo apalagi durian impor gemuk-gemuk itu ih.. cuma buat bau mulut aja. ini lain cerita plus ditambah dengan perasaan sentimentil berlebihan, bahwa ini berasal dari tano niha, banua somasido bale :)

aku sebenarnya bukan ga suka durian, aku cuma males aja kalau gara-gara makanan itu aku harus merasakan aromanya beberapa saat. saudara-saudaraku yang datang kemarin berpesta durian, bahkan sewaktu kami pulang kampung dari gonting mahe setelah pesta mangongkal holi juga dibawain durian, berkarung-karung dari kebun sama tulang, tetapi aku sama sekali ga selera untuk sekedar mencicipi. sori ya durian, payah nih kalau selera rasa sudah tinggi :)

barusan juga temen-temen kantor makan durian, ya mereka makan durian siang-siang pula. aku juga ga berminat, makan durian siang-siang selalu buatku ilfeel.. belum lagi bau-baunya itu, sepertinya pengorbanannya ga sesuai dengan rasanya.

mungkin analoginya begini, tahukan mie instant.. nah aku suka mie instant dimasak apa saja (walaupun aku lagi ilfeel juga sama salah satu merk yang dipakai kampanye pilpres, sampai nenek-nenek aku usahakan ga mau makan merk itu lagi). jadi durian yang bukan durian nias itu, sama seperti mie instant rebus yang dimasak kelamaan atau mie instant yang tidak langsung dimakan, kembang dan benyek gitu.. kalau istilahnya di nias, duriannya masuk angin. ini menurutku, karena kalau sudah pernah makan durian nias yang enaknya minta ampun.. maka durian yang lain itu lewat..

jaman waktu aku masih di nias dulu, keluargaku bukan beli durian di kota gunung sitolinya. kami akan berjalan keliling masuk kampung untuk beli durian yang diletakkan di pinggir jalan. biasanya pemilik kebun menjualnya setumpuk-setumpuk gitu, kita bisa memilih dan menawar cukup murah. jadi selama musim durian, stok durian di rumah itu cukup untuk buat dodol durian, yang selalu jadi oleh-oleh kalau kami pulang kampung eh kota ke medan.

pernah mabuk durian? aku pernah.. sangking rakusnya hehehe rasanya beda tipislah dengan mabuk darat, cuma kadang-kadang bisa demam juga. kebiasaan di nias, kalau sudah makan durian ada cara praktis untuk menghilangkan bau durian dan mengurangi tekanan gula darah yaitu meminum air dari kulit durian tersebut. manjur.. ga seru habis makan durian minumnya pakai gelas, airnya dituangkan ke ruang tempat buah durian tersebut yang diletakkan miring supaya ga tumpah lalu meminumnya dari sisi dalam kulit durian tersebut. jangan meminumnya dari sisi kulit berduri yang tajam ya.. maka aromanya di mulut jauh berkurang. dipercaya oleh seluruh orang nias dan yang pernah tinggal disana hehe..

No comments:

Post a Comment

the cool visitor said :