11 June, 2008

buat teman..

Kemarin malam aku diajak mama mengunjungi salah satu jemaat gereja yang masih satu wijk (area pelayanan) dengan kami, baru saja suami ibu yang sedang sakit itu datang ke rumah kami karena mamaku adalah sintua wijk tersebut dan meminta bantuan mama untuk membujuk istrinya agar mau mengikuti perjamuan kudus.

Ada sedikit salah pengertian atau mungkin bisa juga sang ibu sudah penat karena sakitnya untuk memilih ikut atau tidak ikut perjamuan kudus, dia memilih diam saja ketika dibujuk oleh suami dan anak-anaknya, padahal keinginan keluarga lebih ke arah menyerahkan semua pergumulan itu kepada Tuhan. Perjamuan kudus bukan diartikan bahwa ia sudah direlakan keluarganya untuk meninggal, karena ada semacam kebaktian penyerahan yang diisi dengan perjamuan kudus yang dilakukan oleh gereja apabila ada salah satu jemaat yang sedang sakit parah dan bisa jadi akan berpulang ke rumah Bapa. Jadi sang bapak meminta mama untuk membujuk istrinya agar mau mengikuti perjamuan kudus, kebetulan besok hari di rumahnya ada partangiangan.

Kami pergi berdua, berjalan kaki sekitar 100 meter dari rumah kami. Aku cukup sering melewati rumah itu, bahkan sehari bisa dua kali kalau mau berangkat atau pulang bekerja, tapi sebatas lewat dan tahu saja bahwa inang itu sakit.

Inang itu tergeletak lemah di tempat tidur, badannya kurus sekali, kanker payudaranya sudah stadium 4 dan dengan keterbatasan finansial yang harus mereka tanggung, pengobatan modern cuma jadi sesuatu yang tidak terjangkau. Kamar itu pengap, bau ramuan yang kata mama mungkin adalah pengkompres penyakit itu.

Kelihatan gumpalan di dada kirinya, dan amang itu menunjukkan bahwa di bagian tengah dada juga sudah membengkak dan meradang, kepalanya ditempel koyo dan diikat kain karena sakit yang ga tertahankan. Baru saja dokter memberi suntikan neurobion dan penahan sakit supaya dia punya tenaga lebih, karena apa saja yang dimakan dimuntahkan dan selera makanpun sudah hampir tidak ada. Mereka merencanakan akan meng-infus kalau dua hari kedepan tidak ada perubahan juga.

Aku cuma bisa duduk menemani dan mamaku mengobrol segala sesuatu yang bisa menghibur dan menguatkan mereka sekeluarga, pandangan optimis hanya aku lihat dari sang bapak kepala keluarga, anak laki-lakinya dua orang yang memerlukan kebutuhan khusus hanya memandang dengan kosong. Anak perempuan mereka sedang membersihkan rumah, menyapu, mengepel, menggeser-geser kursi, hanya Tuhan yang tahu bagaimana berat beban yang harus ditanggung keluarga ini.

Duh Tuhan, kalau aku yang menjadi anak perempuan yang sedang menyapu rumah itu mungkin aku sekarang ga sedang membersihkan rumah, aku akan clubing pulang kerja, ajep-ajep buat melupakan seluruh masalah yang ada di sekelilingku. Aku akan memprotes Tuhan, aku akan mogok makan dan menjahit mulut untuk segala beban dan persoalan yang keluargaku hadapi... aku sadar dan buatku terenyuh, masih banyak masalah yang lebih besar dari masalah yang aku tanggung, ga usah jauh-jauh aku mikir ke perang saudara, ke Afrika dimana orang-orang harus jalan puluhan kilometer tanpa fashion untuk mencari air, ga usah mikir ke pulau lain dimana perempuan masih tidak boleh sekolah. Aku cuma perlu jalan 100 meter dan melihat anak perempuan lain yang jauh lebih tangguh dariku.

Aku terlalu sering membandingkan diriku dengan orang lain yang ku pikir lebih beruntung, dengan papa yang 8 tahun sakit dan beberapa masalah domestik keluarga sudah membuatku merasa jadi orang yang paling menderita sekota Medan *halah..

Peristiwa kemarin buatku lebih mengasihi mamaku, God, aku ga bisa bayangkan kalau mama juga seperti inang itu, aku ga bakalan punya teman ketawa, teman belanja, teman curhat, teman berantem lagi.. Aku pulang kerja ga akan bisa langung makan dan nonton televisi sambil cerita ke mama aku ngapain aja, aku kangen ama siapa, aku berantem ama siapa.. Aku ga bakalan bisa bangun siang melulu hiks...

Aku harus menghargai waktu-waktu yang Tuhan telah anugerahkan buatku pribadi, kesehatan, keluarga dan sukacita yang kami pilih untuk setiap kondisi susah maupun senang yang kami hadapi.

Tuhan, berilah keluarga itu kekuatan, berilah temanku itu berkat yang lebih lagi, berilah mereka penghiburan, berilah mereka ketabahan, berilah mereka pengharapan, berilah mereka kesabaran, berilah mereka kemampuan untuk menghadapi kesulitan pada saat sekarang dan nantinya untuk mujizat kesembuhan yang Tuhan akan anugerahkan, kalau Tuhan punya rencana lainpun, kami tahu itulah rancangan terbaik dariMu ya Bapa.

Didalam nama Tuhan Yesus, amin.


1 comment:

  1. oh ya, sang ibu sudah meninggal, 2 minggu setelah perjamuan kudus tersebut krn penyakitnya yang semakin parah..
    mungkin sudah jalan Tuhan buat mereka sekeluarga, semoga yang ditinggal tetap tabah..

    ReplyDelete

the cool visitor said :